IBADAH MAHDAH DAN GHAIRU MAHDAH
Ibadah
Mahdhah dan Ghairu Mahdhah
Pengertian
Ibadah
Ibadah secara
bahasa yang berasal dari bahasa arab yaitu عبد-
يعبد -عبادة yang
artinya melayani, patuh, tunduk. Sedangkan menurut istilah ialah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah swt, baik berupa
ucapan atau perbuatan, yang lahir maupun yang bathin.
Ditinjau
dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya:
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah diatur oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah diatur oleh Allah SWT kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya
Ibadah
mahdhah ini memiliki 4 prinsip, yaitu:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal).
d. Azasnya “taat”.
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah.
b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal).
d. Azasnya “taat”.
2. Ibadah
Ghairu Mahdah
Ibadah ghoiru mahdoh adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah).
Ibadah ghoiru mahdoh adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridho Allah (ibadah).
Ibadah
ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah.
misalnya ibadah ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong
dan lain sebagainya.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4 yaitu :
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul.
c. Bersifat rasional.
d. Azasnya “Manfaat”.
Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4 yaitu :
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul.
c. Bersifat rasional.
d. Azasnya “Manfaat”.
3. Hakikat
Ibadah
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu :
خُضُوعُ الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ العقلُ حقيقَتَهُ
“ ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".
4. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu :
1. Ikhlas
2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu :
خُضُوعُ الرُّوْحِ يَنْشَا ُعَنِ اسْتِشْعَارِالقلبِ بمحبة ِالمعبودِ وعظَمتهِ اعتقادا بان للعالم سلطا نا لايدْرِكُهُ العقلُ حقيقَتَهُ
“ ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".
4. Syarat-Syarat Diterimanya Ibadah
Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu :
1. Ikhlas
2. Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Cara pelaksanaanya ibadah ghoirul mahdlah
BalasHapus