AKIDAH ISLAM TENTANG IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

A.    Pengertian Nabi dan Rasul
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata “naba”. Dinamakan nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberi tahu beritanya (lewat wahyu). Adapun kata rasul secara  bahasa berasal dari kata “irsal” yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang mansyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu, namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan. Sedangkan rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Sebagian ulama menyatakan bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah kebumi, kecuali untuk disampaikan, dan jika nabi tidak menyampaikan, beliau telah menyembunyikan wahyu Allah. Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadist dari Nabi saw :
“ditampakkan kepadaku umat-umat, aku melihat seorang nabi dengan sekelompok orang banyak, dan nabi bersama satu dua orang dan nabi tidak berrsama seorangpun.”(HR Bukhari dan Muslim)
Hadist ini menunjukkan bahwa nabi juga menyampaikan kepada umatnya. Ulama lain meyatakan bahwa ketika nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, hal itu bukan berarti nabi tidak boleh menyampaikan wahyu. Wallahu’alam. Perbedaan yang lebih jelas antara nabi dan rasul adalah seorang rasul mendapatkan syariat baru, sedangkan nabi diatas untuk mempertahankan syariat yang sebelumnya.[1]
Pada hakikatnya Rasul-rasul itu sama juga dengan manusia lain didalam sifat dan pekertinya. Karena itu mudah menerima pelajaran dari mereka, dapat kata-kata dan perbuatannya ditiru dan diteladani. Bedanya mereka dianugerahi semacam keistimewaan, yang dengan demikian mereka layak menampung wahyu itu seperti sebagaimana mereka terima dan rasul-rasul itu merupakan teladan untuk kaum dan umatnya.[2]
B.     Iman kepada Para Rasul Allah
Beriman kepada rasul-rasul-Nya adalah rukun iman yang keempat, yaitu mempercayai bahwa Allah SWT, telah mengutus para rasul-Nya untuk membawa syi’’ar agama atau membimbing umat manusia kepada jalan yang benar dan diridhai Allah. Jumlah rasul tidak diketahui secara pasti, namun ada ulama yang mengatakan bahwa Allah SWT, telah menurunkan nabi sebanyak 124.000 orang dan rasul sebanyak 313 orang, dan jumlah ini pun belum dipastikan dan kemungkinan besar jumlahnya lebih banyak lagi. Hanya Allah SWT yang lebih mengetahuinya.
Dari sekian banyak jumlah rasul dan nabi tersebut hanya 25 orang yang disebutkan dalam Al-Quran, sehingga para rasul dan nabi yang wajib kita ketahui hanya 25 orang. Para nabi dan rasul tersebut adalah ;
1.      Nabi Adam a.s
2.      Nabi Idris a.s
3.      Nabi Nuh a.s
4.      Nabi Hud a.s
5.      Nabi Soleh a.s
6.      Nabi Ibrahim a.s
7.      Nabi Luth a.s
8.      Nabi Ismail a.s
9.      Nabi Ishak a.s
10.  Nabi Yaqub a.s
11.  Nabi Yusuf a.s
12.  Nabi Ayub a.s
13.  Nabi Sueb a.s
14.  Nabi Musa a.s
15.  Nabi Harun a.s
16.  Nabi Zulkiifli a.s
17.  Nabi Daud a.s
18.  Nabi Sulaiman a.s
19.  Nabi Ilyas a.s
20.  Nabi Ilyasa a.s
21.  Nabi Yunus a.s
22.  Nabi Zakaria a.s
23.  Nabi Yahya a.s
24.  Nabi Isa a.s
25.  Nabi Muhammad SAW.[3]
Diantara keduapuluh lima tersebut, ada yang disebt Ulul Azmi, yang artinya rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati yang tidak pernah goyah dan mempunyai ketabahan yang luar biasa, kesabaran yang tak ada batasnya. Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi adalah :
1.      Nabi Nuh a.s
2.      Nabi Ibrahim a.s
3.      Nabi Isa a.s
4.      Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT mewajibkan atas setiap orang yang beriman supaya beriman kepada semua rasul yang diutus-Nya tanpa membeda-bedakan antara satu rasul dan rasul lainnya.
Dalam hai ini Allah SWT berfirman :
Artinya :”Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan keppada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepda nabi-nabi dan Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah [2] :136).

Allah SWT., menjelaskan pula bahwa keimanan sebagaimana disbutkan pada ayat diatas yang merupakan keimanan seluruh kaum muslimin. Allah SWT., berfirman :

Artinya :”Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dan rasl-rasul-Nya, dan mereka mengatakan ‘Kami dengar dan kami taat’. (Mereka berdoa),’ Ampunilah kami, ya Tuhan kami dan kepada Engkau-lah tempat kembali,” (QS Al-Baqarah [2] : 285).
Allah memberitahukan bahwa kebaikan yang sebenarnya terletak di dalam cara beriman. Firman Allah SWT :
Artinya:” Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikanzakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah [2] : 177).
Apabila seseorang beriman kepada sebagian rasul, tetapi menolak sebagaian lainnya atau dengan kata lain membeda-bedakan rasul Allah tersebut, orang tersebuut bisa dikatakan kafir.
Allah SWT, beriman :
Artinya:” Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasuul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan,’Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS An-nisa’ [4] : 150-151).[4]
Syekh Muhammad ibn Shaleh Al-Utsaimin menyampaikan dalam kitabnya Syarh Tsalasatul Ushul, dalam keimanan pada rasul terkandung empat unsur di dalamnya. Keempat unsur tersebut adalah :
1.      Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar berasal dari Allah SWT. Barang siapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang saja menurut pendapat seluruh ulama dia dikatakan kafir. Allah Subhanahu wa Ta’Ala berfirman :
Artinya :”Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS Asy-Syu’ara [26] : 105).
2.      Mengimani rasul yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh (alihisalam). Kelima rasul itu adalah rasul Ulul Azmi Allah SWT. Menyebut mereka dalam dua tempat dari Al-Quran, yakni dalam surat Al-Ahzab dan surat Asy-Syura.
Artinya:” Dan (ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibarahim, Musa dan Isa putra Marya, dan kami telah mengambil dari mereka perjajian yang teguh.” (QS Al-Azhab [33] : 7).
3.      Membenarkan berita-berita mereka yang benar.
4.      Mengamalkan syariat nabi yang  diuutus kepada kita. Diia adalah nabi terakhir Muhammad SAW.[5], yang diutus Allah kepada seluruh manusia. Allah berfirman :
Artinya :”Maka demi Tuhanmu mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Q.S An-Nisa’ [4] : 65).[6]

C.    Fungsi Utama Para Rasul
Dalam bukunya An-Nubuwwah wal Anbiya’, Muhammad Ali Ash-Shabuni menyebuutkan tugas Rasul, yaitu sebagai berikut.
1.      Mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah, Dzat yang Maha Esa lagi Maha perkasa. Ini merupakan tugas pokok sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran.
Artinya:” Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya,’Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak), malainkan Aku maka sembahlah olehmu sekalian akan aku.” (Q.S An-Anbiya [21] : 25).
2.      Menyampaikan perintah dan larangan Allah. Ditegaskan dalam Al-Quran :
Artinya :” (Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (Q.S Al-Ahzab [33] : 39).
3.      Memberikan petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia. Ditegaskan dalam Al-Quran :
Artinya:” Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Q.S Al-Ahzab [33] : 45-46).
4.      Menjadi panutan bagi setiap manusia. Diitegaskan oleh Allah ddalam firmannya :
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab [33]: 21).
5.      Memberi peringatan tentang adanya hari kebangkitan dan tentang siksa yang berat sesudah mati.
6.      Mengalihkan perhatian manusia dari kehidupan yang fana pada kehidupan yang kekal. Ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
Artinya:” Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengatahui.” (Q.S Al-Ankabut [29] : 64).
7.      Supaya tidak ada alasan lagi bagi manusia kelak dihadapan Allah. Ditegaskan dalam firmanya :
Artinya:” (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (Q.S An-Nisa’ [4] : 165).[7]
D.    Sifat-sifat Rasul Allah
Sifat-sifat  istimewa yang dimiliki para Rasul sebagai berikut.
1.      Shiddiq artinya jujur, benar dalam segala ucapannya. Mustahil bersifat kidzib artinya dusta. Adapun dalil naqlinya ialah firman Allah SWT :
Artinya:”Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.” (Q.S Maryam [19] : 50).
2.      Amanah artinya terpercaya. Mustahil bersifat khianat artinya curang. Dalil naqli bahwa Rasul itu dapat dipercaya yaitu firman Allah SWT :
Artinya:” Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa ?’ Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S Asy-Syua’ra [26] : 106-107).
3.      Tabligh artinya menyampaikan apa yang datang dari Allah. Mustahil kitman artinya tidak menyampaikan atau menyembunyikan. Dalil naqli yang menyatakan bahwa para rasul bersifat tabligh adalah sebagai berikut :
Artinya:” Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S Al-Maidah [5] : 67).
4.      Fathanah artinya cerdas atau pandai. Mustahil baladah artinya bodoh atau dungu.[8] Dalil naqli yang menyatakan bahwa para rasul bersifat fathanah yaitu firman Allah SWT :
Artinya:” Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun) dan Kami mengetahui (keadaannya) Nya.” (Q.S Al-Anbiya’ [21] : 51).
Disamping mempunyai sifat yang wajib dan mustahil tersebut, para rasul pun mempunyai sifat ja’iz (wenang). Sifat ja’iz tersebut yaitu : Aradhul Basyariyah artinya sebagai nabi dan rasul, mereka mempunyai sifat-sifat yang umum dimiliki oleh manusia, asalkan sifat-sifat tersebut tidak dapat menyebabkan kemerrosotan derajat kerasulan, seperti makan, minum, lapar, haus, tidur, mencari nafkah, berumah tangga, sakit, dan sebagainya. Adapun dalil naqlinya adalah :
Artinya :”Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Mauukah kamu bersabar ? Dan adalah Tuhanmu Maha melihat.” (Q.S Al-Furqan [25] : 20).[9]
E.     Islam Agama Nabi-nabi dan Rasul-rasul
Islam ialah agama kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi  Allaihi Shalatu Wassalam sejak Nabi Adam a.s hingga ke nabi akhir zaman, Muhammad saw. Firman Allah SWT :
Artinya :”Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali sudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Q.S Al-Imran [3] : 19)

Islam bermakna menyerahkan diri kepada Allah SWT. Pada perintah dan larangan-Nya melalui wahyu. Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang pertama menyerahkan diri kepada Allah SWT. Disamping itu, manusia diperintahkan mengikuti mereka dengan sama-sama patuh dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Artinya:”Maka demi Tuhanmu ;mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjanjikan kamu hakim terhadap perkarya yang mereka perelisihkan, kemudian tidak terdapat didalam diri mereka keraguan terhadap keputusanmu dan mereka menerima (menyerah diri) dengan sepenuhnya.” (Q.S An-Nisa’ [4] : 65).
Islam yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah swt pada prinsipnya sama saja. Yang berbeda hanyalah cabang syariat, karena berdasarkan pada keperluan umat mengikuti zaman masing-masing dan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Adalah lebih luas daripada rasul-rasul yang sebelumnya Rasulullah SAW diutuskan untuk seluruh manusia dan jin hingga hari kiamat. Adapun Rasul-rasul sebelumnya diutuskan hanyalah untuk kaum mereka masing-masing.
Islam yang dibawa oleh Rasul-rasul yang terdahulu telah dilupakan, dipindah, dan diselewengkan sehingga berlaku penyelewengan dikalangan pengikut yang belakangan dalam akidah, ibadah dan akhlak. Keadaan ini berlangsung terus menerus hingga dibangkitkan nabi Muhammad SAW yang diwahyukan dengan Al-Quran dan dan mengemukakan As-Sunnah yang teguh, matang dan tidak mungkin lagi dikelirukan, menjelaskan segala macam masalah kehidupan manusia.

F.     Kekhususan Risalah Nabi Muhammad SAW
Kekhususan-kekhususan itu antara lain :
1.      Risalah untuk Seluruh umat Manusia
Apabila Rasul sebelum nabi Muhammad SAW diutus untuk satu bangsa atau umat tertentu, Nabi Muhammad SAW dengan tegas dinyatakan oleh Al-Quran sebagai rasul yang diutus untuk segenap umat manusia diseluruh dunia ini.
Artinya:”Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Q.S Saba [34] : 28).
2.      Risalah Universal
Risalah universal adalah bahwa risalah kenabian yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berupa agama islam yang telah dinyatakan sempurna oleh Allah SWT, sehingga tidak perlu ada risalah yang baru lagi. Dengan demikian setelah datangnya risalah Nabi Muhammad SAW yang telah dinyatakan lengkap oleh Allah SWT, umat manuisa tidak perlu risalah yang baru. Allah SWT berfirman :
Artinya:”…Pada hari ini telah-Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada mu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (Q.S Al-Maidah [3] : 3).
3.      Penutup Para Nabi dan Rasul
Sejalan dengan telah sempurnanya risalah Muhammad itu, berlakulah konsekuensi logis lainnya, yakni berakhirnya mata rantai kenabian. Allah SWT secara jelas berfirman :
Artinya:”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S Al-Ahzab [33] : 40).
Setiap orang beriman mengakui Allah sebagai Tuhannya dan tunduk sepenuhnya kepada perintah dan larangan-Nya, pasti sepenuhnya pula beriman kepada kebenaran ayat ini. Artinya, ia sesudah Allah sesudah Muhammad SAW, karena telah sempurnalah risalah yang beliau bawa itu, kecuali karena adanya alasan untuk menghancurkan Islam, sehingga tidak akan meyakini adanya Nabi baru sesudah nabi Muhammad SAW.

G.    Buah Iman kepada Rasul-rasul
1.      Mengetahui rahmat serta perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya sehingga mengutus para rasul untuk menunjuki mereka pada jalan Allah serta menjelaskan bagaimana seharusnya mereka menyembah Allah SWT karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya.
2.      Mensyukuri nikmat Allah yang amat besar ini.
3.      Mencintai para rasul, mengagungkannya, serta memujinya karena mereka adalah para rasl Allah SWT dan karena hanya menyembah Allah, menyampaikan risalah-Nya dan menasehati hamba-Nya.[10]






[1] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak ,(Bandung : CV Pustaka Setia,2014)h.149-150.
[2] Mahmud Shaltut, Akidah dan Syari,ah Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,1994),h.27.
[3]Masykurillah, Ilmu Tauhid,(Bandar Lampung:Anugrah Utama Raharja (AURA), 2013), h.97.

[4] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak ,(Bandung : CV Pustaka Setia,2014)h.151-154.
[5] Masykurillah, Ilmu Tauhid,(Bandar Lampung:Anugrah Utama Raharja(AURA)),h.98-99.
[6] Amir Hamzah, Ensiklopedi Wanita Muslimah,(Bekasi: PT Darul Fallah,2010),h.21.
[7] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak ,(Bandung : CV Pustaka Setia,2014)h.157-159.

[8] Munir dan Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2001),h.28.
[9] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak ,(Bandung : CV Pustaka Setia,2014)h.161-162.

[10] Rosihon Anwar, Akidah Akhlak ,(Bandung : CV Pustaka Setia,2014)h.162-171.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

MATERI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MI/SD KELAS 3 DAN KELAS 4