HUBUNGAN ANTARA ILMU TASAWUF DENGAN ILMU KALAM DAN ILMU FILSAFAT
Ilmu
tasawuf
Secara
etimologi, pengertian tasawuf terdiri dari beberapa macam pengertian
diantaranya:
Tasawuf berasal dari
istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekelompok orang
pada masa Rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam diri
diserambi-serambi masjid, dan mereka mengabdikan dirinya untuk beribadah kepda
Allah.
Tasawuf juga berasal
dari kata “Shafa”, kata ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim
muallaq dengan huruf ya nisbah yang berarti nama orang orang yang mensucikan
diri dihadapan Tuhannya.
Tasawuf juga berasal
dari kata “Saufi”, istilah ini disamakan dengan kata hikmah yang berarti
bijaksana.
Secara
istilah, pengertian tasawuf oleh para ahli diantaranya :
Menurut Muhammad Ali Al
Qassab, ia mengemukakan tasawuf adalah akhlak mulia yang timbul pada waktu
mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.
Menurut Ma’ruf Al
Kurkhi, ia mengungkapkan tasawuf adalah mengambil hakikat dan tidak berharap
terhadap apa yang ada di tangan makhluk.
Menurut Al Junaidi, ia
mendefinisikan tasawuf adalah membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu
perasaan makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi yang asal (insting) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan
nafsu, mendekati sifat-ssifat kerohanian, menaburkan nasihat pada semua orang,
memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh
Rasulullah dalam hal syariat.
Menurut Ibnu Khaldun,
ia mendefinisikan tasawuf semacam ilmu syariat yang timbul kemudian didalam
agama, asalnya adalah bertekun ibadah dan memutuskan hubungan dengan segala
sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang
mempelajari usaha-usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu,
mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling mengingatkan
antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syariat
Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaan-Nya.
Ilmu
Kalam
Secara harfiyah, ilmu
kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Didalam lapangan pemikiran Islam,
istilah kalam memiliki dua pengertian yaitu : pertama, sabda Allah (The Word of God) dan kedua, ‘Ilm
Al-kalam (The Science of Kalam).
Menurut Syaikh
Muhammad Abduh (1849-1905) ilmu kalam
adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang tetap
bagi-Nya. Sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepadanya dan tentang sifat mustahil
dari pada-Nya. Dan membahas tentang Rasul Allah untuk menetapkan kebenaran
risalahnya, apa yang diwajibkan atas dirinya, hal yang jaiz yang dihubungkan
pada diri mereka dan hal yang terlarang/mustahil menghubungkannya kepada diri
mereka.
Jadi, ilmu kalam adalah
dsiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan perbincangan tentang persoalan
persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai
pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional
(aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksud adalah landasan
pemahaman yang cenderung menggunakan metode berfikir filosofis, sedangkan
argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil dalil
Al qur’an dan Hadis.
Ilmu
Filsafat
Filsafat berasal dari
bahasa Yunani philosophia. Yang
berarti adalah cinta philia kebijaksanaan
(Sophia). Menurut analisis, kata ini muncul dari mulut phytagoras yang hidupnya
di Yunani Kuno pada abad ke-6 sebelum masehi. Oleh karena itu, orang yang
mencintai kebijaksanaan bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan,
melainkan orang yang terus berupaya mencari kebijaksanaan.
Menurut Plato filsafat
tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles
kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan
demikian filsafat bersifat ilmu yang umum.
Dalam Al Qur’an, kata
“akal” (al-aqlu) diuangkapkan dalam kata kerja (fi’il) yang mengandung arti
memahami dan mengerti. Seyogyannya kita dapat mengoptimalisasi potensi akal
tersebut adalah dengan mempelajari salah satu bidang ilmu yang memang banyak
melibatkan akal sebagai alat untuk berpikir, yaitu filsafat. Kajian filsafat
pun sebetulnya bertujuan menemukan kebenaran yang sebenarnya. Dan hubungan
antara filsafat dengan ilmu pengetahuan menggunakan metode pemikiran reflektif
dalam usaha menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa ilmu filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab
mesalah-masalah yang tidak dapat di jawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah tersebut diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Hubungan Ilmu Tasawuf
dengan Ilmu Kalam
Dalam
kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq
dan widan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf
merupakan pemyempurnaan ilmu tauhid (ilmu kalam) jika dilihat dari sudut
pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid.
Kajian-kajian mereka tentang jiwa dan dalam pendekatan kefilsafatan ternyata
telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian
tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu sendiri menjadi
hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh
kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu juga dicatat bahwa
istilah uang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah istilah qalb
(hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan didalam ilmu
tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb ini tidak berpengaruh dengan
roh dan jiwa. Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh
karena itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau
lahir suatu kepercayaan baru bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah, atau
belum pernah diriwayatkan oleh para ulama salaf, hal itu harus ditolak.
Dr.
Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau Filsafat sama
dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut : Karena ilmu kalam
dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan
pembuktian intelektual. Objek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah
SWT. Dan sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada
di bawah syariat-Nya. Objek filsafat
adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan
sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang
sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah
SWT. Sebagaimana aliran materialism. Selain itu, tasawuf mempunyai fungsi
sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam.
Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah
ilmu yang mengandung muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran rohaniah,
ilmu kalam dapat bergerak kea rah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu
tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani
sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran
penghayatan atau sentuhan secara qabliah
(hati).
Hubungan Ilmu Tasawuf
dengan Filsafat
Kajian-kajian
Al-Kindi, Al-Faribi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan
kefilsafatan terntaya telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh
itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan
tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu
juga dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah
istilah qalb (hati). Istilah qalb atau hati ini memmang lebih spesifik
dikembangankan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak
berprngaruh terhadap roh dan jiwa.
Hubungan antara Ilmu
Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat
Ketiganya
berusaha menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam tasawuf
berupa tersingkapnya (kasyaf) kebenaran sejati (Allah melalui mata hati).
Kebenaran dalam ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui
penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (Al Qur’an dan Hadis). Kebenaran
dalam filsafat berupa kebenaran spekulatif tentnag segala yang ada (wujud).
Maka ketiganya mendalami pencarian yang bersifat rahasia (gaib) yang dianggap
sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
Komentar
Posting Komentar