SUMBER-SUMBER QUR’ANI, HADIST NABI, DAN PERILAKU NABI SAW SERTA SAHABAT SEBAGAI SUMBER TASAWUF

MAKALAH
SUMBER-SUMBER QUR’ANI, HADIST NABI, DAN PERILAKU NABI SAW SERTA SAHABAT SEBAGAI SUMBER TASAWUF
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akhlak Tasawuf
Dosen pengampu : Ghulam Murtadlo

IAIN METRO1.jpeg
Di Susun Oleh
Kelompok 2
Adesia Afriana                      (1501050096)
Friska Ardiana Lestari         (1501050023)
Iis Wulandari                         (1501050025)
Kelas            : PGMI B / V


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Description: D:\my Pictures\Black White\Bismillah 05.BMP

Assalamualaikum, wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan curahan karunia dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Akhlak Tasawuf mengenai Sumber-sumber Qur’ani, Hadist Nabi, dan perilaku Nabi SAW serta Sahabat sebagai Sumber Tasawuf setelah beberapa hari melakukan kegiatan pengumpulan data, penganalisisan, dan penyimpulan. Akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Tugas makalah yang dibuat secara kelompok ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas matakuliah semester lima di tahun ajaran 2017 di IAIN Metro.
            Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang timbul dari keterbatasan kemampuan kami dalam menulis, oleh karena itu saya berharap dari berbagai pihak kritik dan saran. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan kepada pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum, wr.wb



Metro,    Oktober 2017


Penyusun


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.    Al-Quran Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf.................................................. 3
B.     Al Hadist Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf................................................ 10
C.     Kehidupan Para Sahabat Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf........................ 14
BAB III PENUTUP............................................................................................ 16
A.    Kesimpulan............................................................................................... 16
B.     Saran......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA
 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang diberikan satu keunggulan untuk mengenal dan memahami penciptanya. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut, diharapkan mampu menjadikan manusia benar-benar mendapat derajat yang mulia disisi-Nya. Dalam tasawuf, jalan untuk menjadi hamba Allah yang baik dan sempurna diungkapkan dengan jelasnya, hal ini bukan berarti manusia mampu segala-galanya sehingga dengan mudah mendapatkan predikat mulia.
Namun, dalam tasawuf diajarkan untuk selalu ittiba’ kepada Rasulullah Muhammad SAW dan tentunya sesuai dengan ketentuan Allah dalam Al-Quran. Dengan jalan inilah manusia akan mampu mencapai derajat yang tertinggi, yang dalam tassawuf disebut sebagai tingkatan ma’rifat. Tingkatan ini, dalam ajaran tassawuf bukanlah tujuan yang mudah dicapai dan tidak pula tujuan yang tidak dapat dicapai. Melainkan, dalam tassawuf Allah akan memilih siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, untuk dekat bersama-Nya. Namun, bukan berarti manusia tidak dapat berusaha mendapatkan atau sampai kepada tingkatan tersebut., tetapi malah justru ketika usahanya sampai kepada Allah itulah nilai yang tertinggi.
Atas dasar tersebut, maka perlu dan penting sekiranya memahami darimana sumber tassawuf itu agar dalam pengalamannya tidak dikategorikan sesat dan menyesatkan. Mengingat sebagaimana yang diuraikan diatas bahwa adakalanya tassawuf membuat sesorang menjadi sesat dan keluar dari syariat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Al-Quran menjadi sumber ilmu Tasawuf ?
2.      Bagaimana Al-Hadist menjadi sumber ilmu Tasawuf ?
3.      Bagaimana kehidupan para sahabat menjadi sumber ilmu Tasawuf ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Al-Quran menjadi sumber ilmu Tasawuf.
2.      Mengetahui Al-Hadist menjadi sumber ilmu Tasawuf.
3.      Mengetahui kehidupan para sahabat menjadi sumber ilmu Tasawuf.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Al-Quran Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf
1.      Pengertian Al-Quran
Al-Quran adalah sumber hukum Islam pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Menurut keyakinan umat Islam, yang dibenarkan oleh penelitian, ilmiah terakhir (Maurice Bucaille, 1979 : 185), Al-Quran adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, Tuhan Yang Maha Esa, asli seperti yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya sedikit demi sedikit seelama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Makkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dan kebahagian diakhirat kelak.[1]
Secara etimologis, kata Al-Quran berasal dari bahasa Arab al-Quran  yaitu “isim mashdar “(kata kerja) “qara’aa-yaqra’u” yang berarti “ bacaan” . Sedangkan secara terminilogis Al-Quran berarti ‘kalam’ Allah  yang diturunkan kepada nabi Muhammad dan sebagai  hujjah (Indonesia: Hujah-bukti) atas kerasulan  Nabi Muhammad dan sebagai pedoman manusia serta sebagai media  dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan membacanya (Khallaf, 1978:23). Definisi lain dikemukakan oleh Al-Syaukani yaitu Al-quran berarti ‘kalam Allah yang diturunkan kepad Nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushaf,  dan dikutip. Sementara itu, Ibnu mendefinisikan Al- quran  sebagai lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, mengandung mukjizat pada setiap suratnya, yang dinilai ibadah membacanya .  Ada juga yang mendefinisikan Al-quran sebagai kalam Allah Swt yang turunkan kepada Rasulullah SAW. Dengan bahasa Arab untuk ijaz (melemahkan) dengan sebagaian suratnya, yang membacanya terhitung pahala, dan yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Dari tiga definisi di atas dapat diidentifikasi unsur-unsur poko yang menjelaskan hakikat Al-quran, yaitu :
a.       Al-quran merupakan kalam Allah yang berbentuk lafaz (sekaligus makna). Hal ini mengandung  arti bahwa apa yang disampaikan Allah dalam bentuk  makna saja dan dilafazkan sendiri oleh Nabi tidak disebut Al-quran , seperti hadist qudsi dan hadist qauli.
b.      Al-quran diturunkan  kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini berarti bahwa wahyu Allah yang  diturunkan kepada nabi-nabi  selain Muhammad tidak disebut Al-quran. 
c.       Al-quran menggunakan bahasa Arab berarti bahwa Al-quran diterjemahkan ke dalam bahas lain tidaklah kedalam bahasa lain tidaklah disebut Al-quran. Karena itu, tidak sah seseorang yang salat membaca terjemahan Al-quran.
d.      Al-quran mengandung mukjizat pada setiap ayat atau suratnya. Karena itu, terjemahan Al-quran yang tidak mengandung  daya mukjizat bukanlah Al-quran.
e.       Al-quran tertulis dalam mushaf berarti bahwa wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam mushaf tidak termasuk Al-quran.
f.       Membaca Al-quran bernilai ibadah. Berarti bahwa membaca Al-quran termasuk salah satu ibadah yang memiliki nilai pahala tersendiri.
g.      Ayat-ayat Al-quran dikutip secara mutawir.  Berarti bahwa semua ayat Al-quran disampaikan kepada kita mutawir, yaitu tidak diragukan keauntentikannya. Karena itulah ayat-ayat yang syadz (diragukan keauntentikannya) tidak termasuk Al-quran.
h.      Al-quran dimulai dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan An-Nas.


2.      Fungsi Al-Quran
Al-quran merupakan kitab Allah yang diturunkan  kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada umatnya demi  kebaikan dan kepentingan mereka baik untuk  kehidupan du nia maupun kehidupan akhirat. Dengan begitu, al-quran tidak saja digunakan dan dinikmati oleh Nabi Muhammad sendiri,  tetapi Al-quran dapat digunakan dan dapat dijadikan pedoman  oleh seluruh umat manusia terutama oleh umat Islam.
Dalam Al-quran terdapat banyak yang menjelaskan pentingnya (fungsi) Al-quran bagi manusia. Dari ayat-ayat tersebut dapat  diindentifikasi fungsi-fungsi Al-Quran sebagai berikut:
a.       Hudan atau petunjuk  bagi umat manusia. Fungsi ini disebutkan dalam Al-Quran lebih dari 79 ayat, seperti  dalam surat Al-Baqarah : 2 yaitu :
tulisan-arab-surat-albaqarah-ayat-2.jpg
Artinya            : 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2).
b.      Rahmad atau kasih sayang Allah kepada kepada umat manusia. Tidak kurang dari 15  ayat dalam Al-quran yang menjelaskan hali ini seperti dalam surat Luqman : 2-3 yaitu :
lukman 2-3 fix.png
Artinya:  Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat (2),
Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan (3), (Q.S. Luqman (31) : 2-3).
c.  Bayyinah atau bukti penjelesan tentang suatu kebenaran. Hal ini dapat dilihat seperti dalam surat Al-Baqarah (2) : 185 yaitu :
tulisan-arab-surat-albaqarah-ayat-185.jpg
Artinya: 185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS. Al-Baqarah (2); 185)
d.      Furqon atau pembeda antara  yang hak  dan yang batil, yang benar dan yang salah, yang halal dengan yang haram, yang indah dengan yang jelek, serta yang diperinttahkan dengan yang dilarang .
e.       Mau’izhah atau pelajaran bagi manusia. Hal ini disebutkan dalam lima ayat al-quran, seperti dalam surat Yunus(10): 57:
10_57 yunus ayat 57.png
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs.Yunus(10): 57)

Disamping memiliki berbagai fungsi seperti diatas. Al-quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW dan para umatnya. Mukjizat berarti suatu yang dapat melemahkan, sehingga seorang orang lain tidak dapat menyainginya. Para pakar mendefinisikan mukjizat sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantang kepada yang ragu untuk melalukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut . Ini berarti Al-quran memiliki daya atau kekuatan yang dapat melemahkan kekuatan lain, sehingga tidak dapat menandinginya.  Kemukjizatn Al-quran yang berhasil diungkapkan oleh para ahlihingga masa modern ini cukup banyak.[2]
3.      Al-Quran Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf
Berikut ini merupakan Al-quran menjadi sember ilmu tasawuf diantaranya:
a.       Taubat
Taubat adalah awal tempat  ppendakian orang-orang yang mendaki dan makam pertama bagi sufi pemula. hakikat taubat menurut arti bahasa adalah kembali. Artinya kembali dari sesuatu yang dicela dalam syariat menuju sesuatu yang dipuji syariat. Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan bertaubatlah kamu kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.
Bagi Dzu Al-Nun bin Ibrahim Al-Mishri taubat itu dilakukan karena seseorang  yang disiplin  mengingat sesuatu dan terlupakan  mengingat Allah. Kemudian membagi taubat menjadi taubat menjadi taubat kelompok  awam dan taubat dan taubat kelompok khash (awliya).
b.      Ikhlas
Ikhlas adalah penunggalan al-haqq dalam mengarahkan semua orientasi  ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata-mata tanpa dibuat-buat, tanpa tunjukkan kepada makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia . jadi ikhlas merupakan penjernihan perbuatan dari semua makhluk atau pemelihara sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi. Allah SWT berfirman:
unnamed (1).png
Artinya : Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu[533] di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)".(Q.S. Al-A’raf : 29)
c.       Sabar
Junaid mengatakan” perjalanan dari dunia menuju akhirat adalah mudah dan menyenangkan bagi orang yang beriman, putusnya hubungan makhluk disisi Allah SWT adalah berat perjalanan dari diri sendiri  menuju Allah sangat berat, dan sabar kepada Allah tentu akan lebih berat. Allah berfirman:
tulisan-arab-surat-albaqarah-ayat-45.jpg
Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. ( Q.S. Al-Baqarah 45)
d.      Syukur
Syukur berarti memuji (orang) yang memberikan kebaikan dengan dengan mengingat kebaikannya. Perbuatan hamba baik adalah taat kepada Allah, sedangkan perbuatan baik Allah adalah memberikan kenikmatan dengan memberikan pertolongan sebagai tanda syukur. hakikat syukur bagi hamba ialah ucapan  lisan dan pengakuan hati terhadap kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah.
e.       Tawakal
Abu Bakar Ad-Daqaq mengungkapkan yaitu menilak kehidupan pada masa sekarang dan menghilangkan cita-cita  pada masa yang akan datang.  Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan  oleh Sahl bin Abdullah bahwa yang dimaksud  tawakal adalah melepaskan diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu tidak ada yang mengetahui orang bersama Allah  kecuali Allah SWT berfirman.
al imran ayat 159.gif
Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Al Imran : 159).[3]
B.     Al-Hadist Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf
1.      Pengertian Al-Hadist
Kata hadist berasal dari bahasa Arab al-hadist  berarti baru, yaitu sesuatu yang baru, bentuk jamak hadist dengan makna ini hidats, hudatsa’ dan huduts, dan antonimnya qadim (sesuatu yang lama). Di samping itu berarti baru, al­-hadist juga mengandung arti dekat, yaitu sesuatu yang dekat, yang belum lama terjadi dan juga juga berarti berita yang sama dengan hiddits yaitu dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang pada orang lain.
Secara terminologis, hadis oleh para ulama diartikan sebagai segala yang disandarkan pada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat-sifatnya. Nur Al-Din ‘Itr mendefinisikan hadis dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik perkataan, perbuatan, ketepatan, sifat-sifat, tabiat, dan tingkah lakunya yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in. Dari beberapa pengertian yang sudah disebutkan, ilmu hadist dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji dan membahas tentang segala yang disandarkan kepada Nabi baik yang berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat-sifat, tabiat, dan tingkah lakunya atau yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.[4]
2.      Kegunaan Al-Hadist
Kegunaan mempelajari al-hadist diantaranya :
1.      Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa ke masa sejak zaman Nabi SAW hingga sekarang.
2.      Dapat mengetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadist.
3.      Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan hadis lebih lanjut. Kaidah dan teori-teori yang berkembang dalam ilmu hadis sangat bervariasi yang mengakibatkan hadis-hadis dapat diklasifikasi ke dalam beberapa kategori baik dari segi kuantitas dan kualitas sanad, kuantitas dan kualitas matan, dan sebaginya.
4.      Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria hadis sebagai pedoman dalam ber-istinbath.
5.      Dapat melakukan penelitian hadis dan melakukan penilaian terhadap kualitas hadis tertentu. Penelitian hadis sudah dilakukan oleh para ulama semenjak dahulu dan sampai saat ini penelitian hadis masih relevan untuk menentukan kualitas hadis sebagai sumber ajaran Islam.
6.      Dapat melakukan klarisifikasi dan kritik ulang terhadap suatu hadis yang kualitasnya masih diperselisihkan. Tidak sedikit hadis yang dalam rentang waktu yang cukup lama diperselisihkan kualitasnya dikalangan para ulama, dan memerlukan klarifikasi serta kritik ulang sehingga diketahui status hadis yang sesungguhnya.[5]
3.      Hadist-hadist Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf
Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa Al-Hadist merupakan sumber hukum Islam yang kedua. Sehingga dalam kajian ilmu keagamaan pun Al-Hadist tetap menjadi rujukan setelah Al-Quran. Berikut akan diuraikan hadist-hadist mengenai tasawuf, mengingat dalam tasawuf hadist juga tergolong sumber kedua.
a.       Taubat
Sahabat Anas bin Malik r.a berkata, saya pernah dengar Rasulullah SAW bersabda :
التَّاءِبُمِنَالذّنْبِكَمَنْلاَذَنْبَلَهُ،وَاِذَااَحَبّااللهُ عَبْدًالَمْيَضُرّهُذنْبٌ
Artinya : “Seorang yang taubat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, pasti dosa tidak akan membehayakannya”. (Hadist diriwayatkan Ibnu Mas’ud dan dikeluarkan Ibnuu Majah sebagaimana tersebut dalam Al-Jami’ ush-Shaghir, Al- Hakim, At-Turmudzi dari Abu Sa’id, As-Suyuthi di Al-Jami’ ush-Shaghir Juz 1, Halaman 3385).

b.      Ikhlas
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang makna ikhlas, lalu dijawab :
سَألتجبريلعليه السلام عن الأخلاص،ما هو؟قل؛سأ لت رب العزةعنالاخلاص،ما هو؟قل سرمنسري استودعتوقلب من أحببته من عبا دي
Artinya : Saya bertanya pada Jibril a.s tentang ikhlas, apa itu ? kemudia dia berkata, saya bertanya kepada Tuhan tentang ikhlas, apa itu ? dan Tuhan pun menjawab, “yaitu rahasia dari rahasia-Ku yang aku titipkan pada hati orang yang aku cintai diantara hamba-hamba-Ku.” (Hadist dukeluarkan oleh Al-Qazwaini dalam Musalsalatnya dari Khudzaifah).
c.       Sabar
Dari Aisyah r.a diceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ان الصبرعند الصدمةا لاولى
Artinya : sabar yang sempurna adalah pada pukulan (saat menghadapi cobaan) yang pertama. (Hadist riwayat Anas bin Malik dan dikeluarkan Imam Bukhari didalam “Al-Jana’iz Bab Sabar 3/138, sedangkan Imam Muslim juga mengelompokkannya dalam “Al-Jana’iz” Bab Sabar Nomor 626, Abu Dawud di nomor 3124, At-Turmudzi di nomor 987, dan An-Nasa’I mencantumkan di 4/22).
d.      Zuhud
Jika mencermati sirah, sejarah hidup Rasul maka akan terpapar dengan jelas bahwa ada hubungan erat antara pola hidup Rasulullah yang pebuh kezuhudan dan kesederhanaan, dengan kehidupan kaum zuhud dimasa permulaan islam, kemudian kaum sufi sejati setelah mereka yang menempa diri mereka dengan aneka macam Riya’dhah dengan tujuan meminimalisir tuntutan-tuntutan fisik agar jiwa mereka mudah menjalankan berbagai macam ibadah, berkomunikasi dengan Allah dan kedekatan dengan-Nya.[6]
Nabi SAW bersabda :
اذارايتم الرجل قد اوتي زهدافي الدنياومن تقا فا قتربوامنه فانه يلقن الحكمة
Artinya : Jika diantara kamu sekalian melihat orang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia adalah orang yang mengajarkan kebijaksanaan. (Hadist disebutkan dalam Al-Kanz Jilid 3 halaman 183 nomor 6069, diriwayatkan oleh Abu Khalad dan Abu Na’im bersama Al-Baihaqi meriwayatkannya juga darinya, sementara As-Suyuthi menganggapnya lemah didalam Al-Jami’ ush-Shaghir Jilid 1 halaman 84 nomor 635).
e.       Wara’
Abu Dzar Al-Ghifari berkata, bersabda Rasulullah SAW.
من حسن اسلام المرء تركه ما لايعنه
Artinya : Sebagian dari kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berarti. (Hadist dikeluarkan oleh Imam Malik bin Anas didalam Muwatha’-nya jilid 2 halaman 903 dalam bahasan “kebaikan Akhlak”. At-Turmudzi mencantumkannya di nomor 2318-2319 tentang zuhud di bab nomor 11 dari hadist Anas bin Malik. Ibnu Majah mencantumkannya di nomor 3976 tentang Fitnah-fitnah di bab “menjaga lidah supaya tidak jatuh pada perbuatan fitnah.” At-Turmudzi mengatakan, “Hadist ini adalah Gharib).
f.       Khowf
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda :
لو تعلمون ما اعلم لضحكتم قليلا،ولبكيتم كثيرا
Artinya: Seandainya engkau mengetahui apa yang saya ketahui, pasti engakau akan tertawa sedikit dan menangis banyak. (Hadist diriwayatkan Abu Hurairah dan dikeluarkan Imam Bukhari 11/273 dalam bahasan Perbudakan di bab sabda Nabi SAW yang berbunyi: “seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui tentang iman dan nazar”, juga di bab “baggaimana sumpah Nabi SAW “. At-Turmudzi meriwayatkannya di nomor 2314 tentang zuhud).[7]
C.    Kehidupan Para Sahabat Menjadi Sumber Ilmu Tasawuf
Sumber lain yang diacu oleh para sufi adalah kehidupan para sahabat Nabi SAW yang berkaitan dengan keteguhan iman, ketaqwaan, kezuhudan dan budi pekerti luhur. Oleh sebab itu, setiap orang yang meneliti kehidupan kerohanian dalam Islam tidak dapat mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan kehidupan sufi di abad-abad sesudahnya.
Kehidupan para sahabat dijadikan acuan oleh para sufi karena para sahabat sebagai murid langsung Rasulullah SAW dalam segala perbuatan dan ucapan mereka senantiasa mengikuti kehidupan Nabi. Oleh sebab itu, perilaku kehidupan mereka dapat dikatakan sama dengan perilaku kehidupan Nabi SAW. Setidak-tidaknya kehidupan para sahabat adalah kehidupan yang paling mirip dengan kehidupan yang dicontohkan oleh nabi SAW. Oleh karena itu Al-Quran memuji mereka :
Artinya : “orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. (Q.S At-Taubat : 100).
Karena hal itulah para sufi menjadikan kehidupan para sahabat Nabi sebagai sumber ketiga dari ajaran tasawuf. Dengan harapan nisa menjadi pengikut yang sebaik-baiknya agar dapat tergolongkan kepada orang-orang yang mendapatkan ridho Allah dan surga-Nya seperti yang disebutkan dalam ayat diatas.[8]



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Al-quran merupakan kalam Allah yang berbentuk lafaz (sekaligus makna).Fungsi Al-Quran yaitu hudan atau petunjuk  bagi umat manusia, rahmad atau kasih sayang Allah kepada kepada umat manusia, bayyinah atau bukti penjelesan tentang suatu kebenaran, furqon atau pembeda antara  yang hak  dan yang batil, mau’izhah atau pelajaran bagi manusia.
Hadis merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik perkataan, perbuatan, ketepatan, sifat-sifat, tabiat, dan tingkah lakunya yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.
Kegunaan mempelajari al-hadist diantaranya :
1.      Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa ke masa sejak zaman Nabi SAW hingga sekarang.
2.      Dapat mengetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadist.
3.      Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan hadis lebih lanjut.
Al-Quran dan Hadis merupakan sumber tasawuf diantaranya taubat, ikhlas, sabar, syukur, tawakal, zuhud dan wara’.
B.     Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan khususnya bagi kami selaku penulis. Jika ada salah atau banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf dan kami menunggu kritik dan saran dari pembaca.



[1] Mohamad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 78-79.
[2] Marzuki, Penghantar Hukum Islam Prinsip-dasar Memahami Berbagai Konsep dan Permasalahan Hukum Islam Di Indonesia, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 73-75.
[3]Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-Tokoh Tasawuf  dan Ajarannya,  (Yogyakarta: Deepublish, 2013),  h.166 .
[4] Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 53-54.
[5] Ibid, h.57-58.
[6] Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, Terjemahan oleh Hamran As’At Irsyadi dan Fakhri Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 53.
[7] Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),  h. 207.
[8] Suteja Ibnu Pakar, Tokoh-tokoh Tasawuf dan Ajarannya, (Yogyakarta: Deepublish, 2013), h. 98.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AKIDAH ISLAM TENTANG IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

MATERI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MI/SD KELAS 3 DAN KELAS 4